Halo Sobat Gen-Z, pasti sudah tidak asing lagi dengan kudapan
manis yang satu ini, yakni Lamang Tapai. Makanan tradisional yang terbuat dari
ketan pulen yang dibakar dalam bambu, lalu dipadukan dengan tapai hitam yang
manis dan asam hasil fermentasi, kini tak hanya disajikan saat acara adat saja.
Lamang Tapai sekarang menjadi trend yang digemari banyak orang, terutama
anak muda di Minangkabau yang ingin tetap menjaga hubungan dengan budaya
mereka.
Di tengah maraknya makanan modern dan fast food, Lamang
Tapai justru tetap eksis sebagai simbol rasa dan sejarah. "Lamang itu
bukan cuma makanan, tapi bagian dari identitas. Dulu cuma disantap saat baralek
atau lebaran, sekarang bisa dinikmati kapan saja," ujar Rani, seorang
mahasiswa asal Bukittinggi yang rutin membeli lamang tapai di Pasar Lereng.
Uniknya, beberapa pelaku UMKM kuliner di Sumatera Barat mulai
berinovasi. Lamang Tapai disajikan dengan cara yang lebih modern, diberi toping
keju, susu kental manis, bahkan cokelat. Meskipun tampilannya kekinian, rasanya
tetap mempertahankan cita rasa aslinya. Dedi, pemilik kedai "Lamang
Lamo" di Padang Panjang, mengatakan penjualannya meningkat pesat sejak ia
mulai mempromosikan dagangannya lewat TikTok. "Anak muda sekarang suka
yang estetik. Aku kemas lamang dalam box lucu, kasih label vintage Minang,
alhamdulillah makin laku," katanya sambil tersenyum.
Selain rasanya yang unik, lamang tapai juga
mulai dianggap sebagai simbol kebanggaan lokal. Banyak Gen-Z Minang yang
mengunggah momen makan Lamang Tapai di media sosial, menunjukkan bahwa cinta
tradisi bisa tetap stylish dan relevan.
Lewat lamang tapai, anak muda Minang seperti menemukan
cara baru untuk terhubung dengan warisan budaya mereka. Makanan ini bukan hanya
sekadar pengisi perut, tapi juga pengikat rasa dengan masa lalu yang penuh
makna. Karena sesungguhnya, mencintai budaya bisa dimulai dari hal sederhana
dari sepotong lamang yang dibalut daun pisang, dan setetes tapai yang manisnya
membekas di lidah dan hati.
penulis: Aisyah Mardhiyyah
editor: Ferdyan, Brenda, Pretti, Muharni