Di tengah hutan tropis Sumatra Barat, tumbuhlah tanaman yang jarang dikenal, namun menyimpan sejuta manfaat: Tempayang. Tanaman ini tergolong pada jenis tanaman Perdu. Tanaman Perdu adalah jenis tanaman berkayu yang memiliki ukuran lebih kecil dari pada sebuah pohon, dan biasanya bercabang dari pangkal batangnya atau bagiannya yang terdekat dengan permukaan tanah. Ciri-cirinya hampir menyerupai semak, namun keduanya jelas berbeda. Tanaman ini tidak memiliki batang utama yang jelas dan biasanya tingginya kurang dari 6 meter. Dengan daun lebar dan buah yang berukuran sebesar koin, tanaman ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan minuman herbal yang dipercaya mampu meredakan berbagai keluhan kesehatan oleh masyarakat Minangkabau.
Mak Itam (58), seorang ibu rumah tangga di Solok Selatan, telah puluhan tahun meracik air rebusan biji tempayang sebagai minuman sehari-hari. “Dulu nenek saya yang mengajari. Katanya bagus untuk pencernaan, badan juga terasa lebih enteng,” ujarnya sambil menyeduh air rebusan tempayang yang berwarna merah kekuning-kuningan dan beraroma segar.
Tempayang dikenal mengandung antioksidan dan zat antiradang alami. Masyarakat tradisional menggunakan rebusan bijinya untuk meredakan nyeri lambung, masuk angin, hingga tekanan darah tinggi. Rasanya sedikit pahit, namun memberikan efek menenangkan setelah diminum.
Meski belum banyak diteliti secara medis secara luas, beberapa peneliti lokal mulai tertarik menggali khasiat tanaman ini. Salah satunya adalah tim dari Universitas Andalas yang tengah meneliti potensi tempayang sebagai teh herbal siap konsumsi.
Kini, minuman herbal tempayang mulai diperkenalkan kembali di pasar lokal, terutama dalam kemasan botol sebagai alternatif minuman sehat alami. “Kami ingin agar generasi muda tidak melupakan kekayaan alam seperti ini,” kata Dedi, pemuda desa yang mengembangkan produk herbal tempayang.
Dari hutan ke gelas, tempayang membuktikan bahwa alam punya jawabannya sendiri untuk kesehatan yang lebih alami dan berkelanjutan.
penulis: Ayudia Zahra Andini
editor: Pretti Sinta Mahendra