Padang, 12 April 2025 – Di tengah gempuran minuman kekinian,
secangkir wedang jahe pandan hadir sebagai pilihan yang tak hanya menghangatkan
tubuh, tetapi juga menenangkan jiwa. Berasal dari kebiasaan masyarakat pedesaan
di Sumatera Barat, minuman herbal ini kini kembali naik daun sebagai alternatif
sehat yang mulai digemari anak muda.
Perpaduan antara jahe merah, daun pandan segar, dan sedikit
tambahan gula aren menciptakan aroma khas yang menenangkan. Disajikan hangat,
wedang ini dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh, melancarkan peredaran
darah, dan mengurangi stres. Bagi masyarakat Minangkabau, wedang jahe pandan
bukan sekadar minuman, melainkan warisan tradisi yang erat kaitannya dengan
filosofi hidup sehat dan seimbang.
Tak hanya disajikan di rumah-rumah saat cuaca dingin atau
musim hujan, kini wedang jahe pandan mulai masuk ke dalam menu beberapa kafe
dan warung kopi tradisional di Padang, Bukittinggi, hingga Payakumbuh.
Disajikan dalam gelas keramik atau batok kelapa, sensasi tradisional yang dihadirkan
menjadi daya tarik tersendiri di tengah modernisasi gaya hidup.
Minuman ini mulai ramai diperbincangkan di media sosial
sejak beberapa konten kreator kuliner lokal mengenalkannya kembali lewat video
singkat tentang "minuman sehat lokal yang wajib dicoba". Tak butuh
waktu lama, banyak orang mulai penasaran dan mencoba membuatnya sendiri di
rumah. Bahannya mudah ditemukan—jahe dari kebun sendiri, pandan dari halaman,
dan gula aren dari pasar tradisional.
Di balik rasanya yang nikmat, wedang ini juga menjadi bentuk
nyata dari kearifan lokal yang mengutamakan kesehatan. Tidak menggunakan
pewarna atau pemanis buatan, minuman ini membuktikan bahwa gaya hidup sehat
tidak harus mahal atau bergantung pada produk luar. Cukup dengan bahan yang
sudah lama ada di sekitar kita, manfaatnya bisa sangat besar bagi tubuh.
Selain itu, tren ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi
pelaku UMKM, terutama produsen jahe lokal dan pengolah rempah. Beberapa di
antaranya mulai mengemas wedang jahe pandan dalam bentuk instan dan menjualnya
secara daring ke luar daerah. Langkah ini menunjukkan bahwa warisan tradisional
bisa berkembang dan bersaing di era modern, asalkan dikemas dengan baik dan
tetap mempertahankan cita rasa aslinya.
Kehangatan wedang jahe pandan bukan hanya terasa di
tenggorokan, tapi juga dalam semangat masyarakat Sumatera Barat untuk kembali
mencintai produk alami dari tanah mereka sendiri. Di tengah kehidupan yang
serba cepat, minuman sederhana ini menjadi pengingat bahwa yang alami dan
tradisional tetap bisa jadi pilihan utama untuk hidup sehat dan lebih bermakna.
penulis: M. Royyan Alghifari
editor: Ferdyan, Brenda, Pretti, Muharni