Halo, Sobat Gen-Z! Kalo kamu berkunjung ke Sumatra Barat, khususnya ke daerah Bukittinggi, kamu akan disuguhkan dengan berbagai macam cemilan dan oleh-oleh khas ranah Minang tersebut. Salah satu camilan yang sangat sering dijumpai di toko oleh-oleh adalah karak kaliang. Camilan yang terbuat dari ubi kayu atau singkong, berbentuk angka delapan, dengan rasa gurih dan tekstur yang renyah tidak kalah dari camilan pabrikan. Di beberapa daerah lain di Sumatra Barat, camilan ini disebut lapan-lapan.
Lalu, bagaimana asal usul dari nama camilan karak kaliang itu? Kaliang dalam bahasa Minang berarti warna gelap, yang bertolak belakang dengan warna asli camilan tersebut, yaitu kuning cerah. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa nama yang berarti gelap justru digunakan untuk camilan berwarna terang. Dugaan sementara muncul karena adanya pengaruh latar belakang penjual atau pembeli pertama yang memperkenalkan nama tersebut, sehingga makna kata kaliang tidak merujuk pada warna camilan, melainkan pada faktor lain di luar bentuk fisiknya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Silvia Fransiska dalam karya berjudul "Penamaan Nama Makanan Berbahan Ubi di Minangkabau", nama karak kaliang memiliki kaitan dengan komunitas Tamil di Sumatra Barat. Disebutkan bahwa nama tersebut pertama kali muncul dari seorang pembeli oleh-oleh yang membelinya dari pedagang bumbu masakan siap saji di pasar Bukittinggi. Pedagang tersebut diketahui berasal dari keturunan India. Namun, waktu pasti kapan nama karak kaliang mulai digunakan masih belum diketahui dengan jelas.
Karak kaliang terdiri dari dua kata: karak, yang berarti kerak. Kerak merujuk pada lapisan keras, kering, atau gosong yang terbentuk di permukaan atau dasar makanan saat dimasak. Sementara itu kaliang berarti hitam. Camilan ini dinamakan karak kaliang karena bentuknya yang kering dan cukup keras, serta penjualnya berkulit gelap. Maka disebutlah karak kaliang.
penulis: Muharni Zain
editor: Pretti Sinta Mahendra