Pernah dengar tentang duku Sijunjung? Buah kecil berkulit coklat kekuningan ini memang belum setenar saudaranya dari Palembang atau Lampung. Tapi kalau kamu sempat mencicipinya langsung di kampung asalnya, di Sijunjung, Sumatra Barat, kamu akan tahu kenapa banyak orang jatuh cinta sejak gigitan pertama.
Rasanya manis segar, dengan daging buah yang lembut dan hampir tak berbiji. Aromanya juga khas tidak menyengat, tapi cukup menggoda. Warga lokal bilang, duku Sijunjung itu ibarat tamu yang ramah: sederhana di luar, manis di dalam.
Biasanya musim panen datang di awal tahun, sekitar Desember hingga Februari. Di masa-masa itu, kebun-kebun di Nagari seperti Tanjung Bonai Aur dan Sumpur Kudus ramai dipenuhi petani yang memetik buah dari pohon-pohon yang sudah ditanam sejak zaman orang tua mereka dulu. Tak heran kalau duku ini juga menyimpan nilai sejarah dan kebanggaan keluarga.
“Dari kecil saya sudah diajak orang tua ke kebun pas musim panen. Sekarang giliran saya ngajak anak,” cerita Pak Roni, petani dari Kamang Baru.
Yang menarik, duku Sijunjung bukan Cuma enak dimakan langsung. Buah ini juga dipercaya baik untuk kesehatan. Kandungan vitamin C-nya tinggi, cocok untuk bantu jaga daya tahan tubuh. Beberapa warga juga mengolahnya jadi manisan atau dodol, meski dalam skala rumahan.
Sayangnya, duku Sijunjung belum banyak dikenal di luar daerah. Padahal potensinya besar, baik dari segi rasa maupun nilai ekonominya. Saat ini, sebagian besar penjualannya masih terbatas di pasar tradisional atau dijual langsung ke pembeli dari kota-kota sekitar.
Tapi harapan tetap ada. Dengan semakin banyaknya orang yang tertarik pada buah lokal dan produk alami, duku Sijunjung bisa saja jadi primadona baru. Apalagi, siapa yang tak suka camilan manis yang segar dan sehat?
Jadi kalau suatu hari kamu main ke Sijunjung dan melihat gerobak penuh buah duku di pinggir jalan, jangan ragu mampir. Coba satu buah saja. Kalau sudah, kamu pasti bakal minta dibungkus satu kilo.
penulis: Royfik Yusa Putra
editor: Muharni Zain