Karupuak Kuah: Cita Rasa Minang yang Lahir dari Ikan Asin dan Inovasi Dapur Rakyat

 

source: Cookpad.com

Di balik ketenaran rendang dan sate Padang, Sumatera Barat juga kaya akan kuliner lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah karupuak kuah, produk unik hasil kreativitas masyarakat dalam mengubah bahan-bahan hambar seperti kerupuk dan ikan asin menjadi makanan khas yang lezat. Meski saat ini lebih merupakan camilan yang biasa disantap di sore hari, karupuak kuah memiliki sejarah panjang yang menarik.

Karupuak kuah diyakini mulai populer pada pertengahan abad ke-20 ketika penduduk pesisir desa-desa seperti Painan dan Pariaman mencari cara untuk mengonsumsi berbagai jenis ikan asin yang tersedia. Ikan asin, sebagai makanan pokok masyarakat pesisir, dianggap praktis dan tahan lama sehingga umumnya disajikan sebagai makanan pokok di rumah atau sebagai bekal untuk perjalanan jauh. Selama masa ekonomi sulit setelah kemerdekaan, orang-orang memadukan biskuit singkong goreng dengan ikan asin dan saus cabai unik yang sangat pedas sebagai inovasi karena kebutuhan.

Seiring berjalannya waktu, karupuak kuah tidak hanya dikenal di kampung halaman, tetapi juga menyebar hingga ke perantauan. Pedagang Minang yang membuka warung di kota-kota besar seperti Jakarta dan Pekanbaru turut membawa kuliner ini sebagai pelengkap menu kuliner Padang. Rasa pedas dan gurih yang khas, yang dipadu dengan tekstur renyah kerupuk dan gurihnya ikan asin, membuat karupuak kuah menjadi camilan favorit banyak orang dari berbagai kalangan.

Hingga kini, bahan utamanya hampir tidak berubah: kerupuk singkong goreng renyah atau kerupuk putih, disiram sambal pedas kental, ditaburi suwiran ikan asin goreng umumnya ikan teri atau tuna. Daun singkong, tauge, atau bahkan telur rebus ditambahkan untuk memberi rasa pada beberapa variasi. Keunikan ini membuat karupuak kuah masih bertahan, tidak hanya sebagai makanan tradisional, tetapi juga sebagai identitas kuliner kuliner Minangkabau.

Karupuak kuah adalah bukti potensi bahan-bahan sederhana seperti ikan asin untuk diolah menjadi hidangan asli yang kaya akan sejarah dan budaya. Dengan setiap sendok, seseorang dapat mendengarkan cerita tentang pengetahuan adat, ketahanan masyarakat, dan rasa hormat terhadap rasa. Ini bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari warisan yang terus hidup dari generasi ke generasi.



penulis dan editor: Ferdyan Siregar

Previous Post Next Post