Minuman tradisional Minangkabau kembali mendapat perhatian lewat minuman daun cincau sebagai bahan utama dalam racikan herbal bernama Ubek Tawa. Nama “ubek” berasal dari bahasa Minang yang berarti obat atau ramuan, sedangkan “tawa” adalah air rebusan daun-daunan berkhasiat. berbeda dari minuman tradisional yang umumnya menggunakan jahe atau daun sirih, minuman ini menonjolkan daun cincau rambat sebagai komponen utama. Daun tersebut diremas dengan air matang hingga membentuk gel hijau yang lembut dan dingin, kemudian dipadukan dengan rebusan rempah seperti serai dan daun pandan untuk menghasilkan cita rasa yang khas.
Selain menyegarkan, daun cincau dikenal sebagai tanaman herbal yang kaya manfaat. Gel dari daun cincau bersifat menyejukkan dan membantu meredakan panas dalam, sakit tenggorokan, serta melancarkan sistem pencernaan. Bagi masyarakat Minangkabau, cincau telah lama digunakan sebagai bagian dari pengobatan tradisional rumahan. Sekarang, khasiat tersebut hadir dalam bentuk minuman Ubek Tawa yang disajikan dengan tambahan gula saka (gula aren), atau kadang disajikan juga dengan tambahan jeruk nipis. minuman ini menjadi alternatif sehat dan alami di tengah gempuran minuman instan berbahan kimia
“Cincau kami olah sendiri dari daun segar tanpa pengawet. Jadi rasa sejuknya alami, teksturnya lembut, dan tetap menjaga khasiat utama dari aia tawa,” ujar Neli Rahma, pelaku UMKM Ubek Tawa asal Bukittinggi yang kini memasarkan aia tawa cincau.
Ubek Tawa berbasis cincau juga sudah dikembangkan oleh pelaku UMKM di Sumatera Barat dalam bentuk botol ramah lingkungan dan desain kekinian, minuman ini menyasar konsumen muda hingga tua yang ingin hidup sehat tanpa meninggalkan akar budaya lokal. Kehadiran Ubek Tawa ini tidak hanya menambah keragaman kuliner minang, tetapi juga membuka peluang bisnis berbasis bahan alami yang kaya manfaat
penulis: Eka Dhia Syafitri
editor: Ferdyan Siregar