Halo, Sobat Gen-Z! Sumatra Barat dikenal dengan kekayaan kuliner tradisionalnya yang telah mengakar kuat di masyarakat Minangkabau. Di antara ragam sajian yang populer seperti rendang, dendeng, dan gulai, ada satu makanan yang memiliki nama unik sekaligus cerita yang panjang, namun kini hampir terlupakan, yakni godok batinta.
Secara harfiah, “godok” berarti gorengan dalam bahasa Minang, sementara “batinta” merujuk pada isian hitam pekat yang menyerupai tinta. Isian ini dibuat dari kelapa parut yang dimasak bersama gula aren hingga kering dan berwarna gelap. Perpaduan rasa manis legit dan tekstur berserat dari kelapa membuat godok batinta memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dari gorengan biasa.
Kulit godok batinta terbuat dari campuran tepung beras dan santan, yang digoreng hingga berwarna keemasan dan renyah. Saat digigit, kulit yang renyah berpadu dengan isian manis dan lembut di dalamnya memberikan sensasi rasa yang tak mudah terlupakan. Kulit luarnya yang berwarna cokelat dan renyah menyembunyikan isian manis dan kaya rasa sebuah gambaran yang mengajarkan agar tidak menilai sesuatu hanya dari penampilan luar.
Menurut Buk Astuti, penjual godok batinta di Kabupaten Agam tepatnya di Pasar Padang Lua yang telah melestarikan resep turun-temurun selama lebih dari lima puluh tahun, makanan ini dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari acara adat dan ritual keagamaan masyarakat Minangkabau. “Godok batinta biasanya disajikan saat baralek (pesta adat), malam takbiran, atau perayaan panen padi. Itu tanda kebahagiaan dan berkah,” ungkapnya singkat.
Kehadiran godok batinta dalam momen-momen penting tersebut menunjukkan bagaimana makanan ini bukan sekadar kudapan, melainkan simbol tradisi dan kebersamaan. Filosofi yang terkandung dalam godok batinta juga sejalan dengan nilai hidup masyarakat Minang, yang menghargai esensi dan isi di balik sesuatu yang tampak sederhana.
Upaya pelestarian kuliner godok batinta mulai terlihat. Berbagai komunitas kuliner dan pelaku UMKM di Sumatra Barat kini berusaha mengangkat kembali godok batinta melalui festival makanan tradisional, pelatihan memasak, dan promosi di media sosial. Godok batinta bukan sekadar gorengan biasa. Ia adalah jejak sejarah yang menyimpan nilai-nilai budaya Minangkabau dalam setiap lapisan rasanya.
penulis: Qaren Haryi Anantasya
editor: Muharni Zain