Hallo Gen-Z, Jika mendengar kata "rendang", mungkin yang terbayang di pikiran adalah masakan olahan daging yang kaya akan rempah khas Minangkabau. Tapi jangan salah, ada satu camilan tradisional bernama Bareh Randang yang justru punya rasa manis dan tekstur renyah—jauh dari rendang yang kita kenal.
Meski namanya mengandung kata “randang”, Bareh Randang bukanlah hasil olahan daging, melainkan perpaduan antara beras ketan sangrai, gula aren, dan kelapa parut. Rasanya legit, aromanya khas, dan cocok dinikmati sebagai teman minum kopi atau teh sore hari.
Camilan ini sering dijumpai di berbagai pasar tradisional di Sumatra Barat, terutama saat bulan Ramadan atau sebagai oleh-oleh khas daerah. Biasanya dibentuk kotak kecil atau pipih bundar, dan dibungkus sederhana menggunakan plastik atau kertas minyak.
Menurut Uni Lina (48), penjual camilan di Pasar Raya Padang, banyak pembeli yang penasaran karena namanya. “Awalnya dikira ini rendang beneran. Tapi setelah dicoba, mereka suka karena manis dan gurih,” ujarnya sambil tersenyum.
Lebih dari sekadar jajanan, Bareh Randang mencerminkan kreativitas dan kecintaan masyarakat Minang terhadap bahan lokal. Di tengah menjamurnya snack modern, keberadaan cemilan seperti ini jadi pengingat bahwa rasa tradisional punya tempat istimewa di hati masyarakat.
Bareh Randang mungkin sederhana, tapi punya nama dan rasa yang tak terlupakan.
penulis: Innesia Anisa Faradila
editor: Ferdyan Siregar