Pinyaram: Si Manis Legendaris dari Ranah Minang

https://cdn.rri.co.id/berita/Bukittinggi/o/1716043146226-l-screenshot2020112205275120201122052841-1814139726/ylypodc2l1z9vsf.png

 

Halo, Sobat Gen Z!

Pernah dengar nama pinyaram? Kalau belum, fix kamu harus kenalan sama kue tradisional Minangkabau yang satu ini. Pinyaram itu camilan khas yang udah eksis sejak zaman nenek moyang kita. Bentuknya bulat pipih kayak pancake, tapi lebih padat, legit, dan wangi khas dari gula aren serta santan kelapa. Ada dua jenis: pinyaram hitam (dari gula aren) dan pinyaram putih (dari gula pasir). Keduanya sama-sama bikin nagih!

Tapi pinyaram bukan cuma soal rasa. Kue ini punya peran penting dalam budaya Minang. Biasanya disajikan di acara-acara sakral seperti pernikahan, kenduri, hari besar Islam, bahkan dalam upacara kematian. Dalam tradisi Minang, pinyaram adalah simbol dari kebersamaan, doa, dan penghormatan kepada leluhur. Jadi, tiap gigitannya punya nilai sejarah dan filosofi yang dalam.


Uniknya, nama “pinyaram” sendiri dipercaya berasal dari kata Minang nyaram yang berarti “menyatu” atau “larut”. Filosofinya keren banget—seperti adonan pinyaram yang menyatu sebelum digoreng, hidup manusia juga sebaiknya saling menyatu, hidup rukun, dan kompak dalam komunitas. Bentuknya yang bulat juga melambangkan keutuhan dan harmoni, sesuatu yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.


Sekarang, pinyaram nggak lagi hanya muncul di kampung atau acara adat. Banyak UMKM Minang udah mulai bikin versi modernnya—ada yang dikasih topping cokelat, keju, sampai varian rasa kekinian kayak pandan dan stroberi. Bahkan ada juga yang menjualnya online dan dikirim ke berbagai daerah.


Tapi meskipun tampil beda, nilai budaya dan cita rasanya tetap terjaga. Pinyaram tetap jadi simbol cinta pada tradisi. Jadi, buat kamu yang suka eksplor kuliner lokal, pinyaram bisa jadi camilan yang bukan cuma enak tapi juga penuh makna dan cerita. Yuk, lestarikan warisan nenek moyang kita satu gigitan manis demi satu!



penulis: Brenda Della Sanky

editor: Pretti Sinta Mahendra 

Previous Post Next Post