Halo sobat Gen-Z! Ada begitu banyak warisan kuliner yang dimiliki oleh Ranah Minang. Salah satu camilan tradisional yang mungkin belum banyak orang tahu, tetapi memiliki cita rasa yang manis serta mengandung sejarah yang panjang: Ladu Anai Pinang.
Camilan ini berasal dari daerah Anai, yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Camilan ini di produksi dengan bahan-bahan sederhana seperti ketan, kelapa parut, dan gula merah. Metode pembuatannya masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan mengukus ketan dan kemudian mencampurkannya dengan kelapa parut dan gula aren yang telah dicairkan hingga mengental dan dibentuk menjadi padat. Dengan proses ini, maka terhasilah camilan yang manis serta tahan lama.
Istilah “Ladu Anai Pinang” diambil dari tempat asalnya yaitu daerah Anai, serta kata "pinang" yang melambangkan tradisi Minangkabau yang berkaitan dengan adat makan sirih pinang. Meskipun tidak mengandung pinang secara fisik, nama ini merepresentasikan keterkaitan antara makanan, identitas lokal, dan budaya masyarakat Minang.
Saat ini, Ladu Anai Pinang semakin sulit untuk ditemukan, kecuali di beberapa pasar tradisional atau saat perayaan adat di kampung asalnya. Para pelestari kuliner lokal berupaya agar generasi muda mengenal dan menjaga keberadaan camilan khas ini sebagai bagian dari warisan budaya yang sangat berharga.
“Camilan ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga lambang keakraban dalam setiap perayaan adat. Sayang jika sampai hilang,” kata Uni Elmi, salah satu penggiat Ladu Anai Pinang di daerah Si Cincin.
Dengan rasa manis yang menggoda, tekstur yang padat, serta aroma kelapa yang khas, Ladu Anai Pinang sangat layak untuk dicoba saat berkunjung ke Ranah Minang. Selain memuaskan selera, camilan ini juga membawa cerita dan identitas budaya yang kuat.
penulis: Valdio Wahyu Afrido
editor: Pretti Sinta Mahendra